Assalamualaikum Wr Wb.
Bapak Muspida dan muspika
Yang saya hormati para tokoh masyarakat
Tokoh pemuda..
Para Ibu yang hadir yang saya kagumi..
Forum wanita..
Dan hadirin serta tamu undangan yang berbahagia.
Alkhamdulillaahi 'alaa Kulli Khaalin Wani'matin Amma ba'du,
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Kuasa yang telah memberikan nikmat kepada kita semua hingga bisa berkumpul dalam sebuah acara Peringatan Hari Ibu tanggal 22 Desember tahun...... Yang mulia ini, semua atas kehendak-Nya.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW.
Para hadirin yang berbahagia..
Sambutan saya kali ini anggaplah bukan sekedar retorika kata dan bahasa, akan tetapi resapilah dengan hati yang paling dalam, karena ini menyangkut kehadiran kita di alam semesta ini dan ikut berpartisipasi dengan makhluk sosial, hal itu bukan tanpa sebab atau ujug-ujug kita ada didunia ini, akan tetapi dialah Ibu yang telah melahirkankan kita dengan penuh perjuangan. Makadari itu dihari ibu ini marilah kita merefleksikan diri kita bagaimanakah kita saat ini bisa melihat dunia yang sebegitu penuh rekayasa ini.
Hadirin yang berbahagia.
Peringatan Hari Ibu berawal dari berkumpulnya pejuang perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatra serta mengadakan Konggres Perempuan Indonesia pertama pada 22 sampai dengan 25 Desember 1928 di Yogyakarta. Dari kongres tersebut salah satunya yakni membentuk Kongres Perempuan kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Namun penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Bahkan, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember ini sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959. Bayangkan betapa hebatnya para kaum feminis ketika itu mereka ikut memperjuangkan kemerdekaan dan berperan untuk memperbaiki tanaman sosial khususnya bagi wanita dari mulai kesehatan, kesenjangan sosial, ekonomi, peran wanita Nusantara, Perkawinan usia dini, Ikut andil Tokoh perempuan Indonesia yang tidak asing lagi namanya seperti R.A Kartini, Nyai Ahmad Dahlan, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad, Rangkayo Rasuna Said, M. Christina Tiahahu dan lain-lain. Mereka adalah para pejuang abad 19.
Hadirin yang dirahmati Tuhan yang maha Kuasa
Hari ini merupakan momentum spesial untuk kita semua memberikan hal yang spesial untuk Ibukita, berikanlah hadiah khusus, tinggalkanlah sejenak segala kesibukan dan luangkan waktu sepenuhnya untuk ibu kita, adapula jika ibu kita sudah tiada bergegaslah berziarah dan berdoa agar dilapangkan kuburnya dialam sana.
Para ibu-ibu yang saya kagumi.
Janganlah kita merasa minder dengan takdir kita sebagai perempuan hingga kita sering membatasi diri untuk bertindak yang lebih banyak, apalagi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat umum. Jangan kita berdiam diri dan hanya menjadi penonton apalagi diera yang serba cepat, kita harus mempersiap diri untuk menghadapinya. Di era Millenial ini perilaku sosial anak-anak muda sangat cuek tidak paham latar belakang mereka hanya sibuk dengan kegiatannya, saya hawatir anak-anak kita lupa akan sejarah bangsa ini. Terutama peran Ibu-ibu, kita juga harus mengambil peranan penting untuk agar stabilitas sosial masyarakat tetap terjaga, baik stabilitas ekonomi bahkan stabilitas keamaan, karena suhu politik global yang tak terarah, semua sedang mencari jati diri sebagai bangsa yang berdaulat, ingatlah mereka pada pendiri bangsa terutama para wanita Mulya sebelum kita, yang begitu pedulinya akan keberlangsungan Negeri Kita yang kita cintai ini.
Para hadirin yang berbahagia.
Kreativitas kita boleh dikatakan berprestasi, ide brilian kita juga boleh dibilang cemerlang, capaian hidup kita mungkin juga bisa dikatakan sukses, ekonomoni kita ternyata memang dianggap mapan, belum lagi bakat, talenta, kecerdasan, aktivitas yang sibuk dan banyak lagi, semua sah-sah saja dikatakan hebat, akan tetapi semua itu jangan lupa adalah peran Ibu Kita, dengan mengandung dan melahirkan serta mendidik sampai kita bisa menempuh yang kita cita-citakan semuanya tak lepas dari peran Ibu dia yang berdo'a siang malam tak untuk kita sukses dengan masa depan yang pasti, sampai hari ini pertanyaan besar bagi kita adalah apa bakti kita untuk ibu?, akhir kata saya tutup pidato sambutan saya dengan kalimat Wassalamualaikum Wr Wb.
No comments:
Post a Comment